segunda-feira, 2 de junho de 2014

Prabowo adalah aktor intelektual Peristiwa Santa Cruz Dili tahun 1991

Prabowo Subianto (PS) dan Coleganya Syafrie Syamsuddin di tuding oleh beberapa Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM), yang  menuduh sebagai aktor intelektual dalam pembantain berdarah pada tanggal 12 Nobember tahun 1991 di pekuburan Santa Cruz. 

Tragedi Santa Cruz, merupakan salah satu peristiwa yang tercatat dalam sejarah Pemerintahan Orde Baru yang menjadi kecaman Dunia Internasional, terutama pelanggaran HAM. Disisi lain peristiwa Santa Cruz, 23 tahun lalu membuka pintu sejarah yang sebenarnya di Timor-Leste dan mengangkat isu penentuaan nasib sendiri di Diplomasi Internasional.

Namun Santa Cruz, adalah di sisi lain, merupakan puncak dari persilisihan di elit militer di Indonesia, antara kelompok L.B.Murdani dan Prabowo Subianto. Sebagaimana di akui oleh  Sintong Panjaitan dalam bukunya,”perjalanan seorang Prajurit Parako,2009”.

Menurut pengakuan Sintong Panjaitan, “ Pembantaian Santa Cruz dikendalikan langsung oleh kelompok  Prabowo Subianto (1).

Pengakuaan yang sama disampaikan oleh mantan komandan SGI Pangkolokops Tim-Tim, yang dipecat karena peristiwa Santa Cruz tahun 1991.  Tutur Gatot,” Syafrie Syamsuddin,yang pada saat itu adalah wakil saya,habis masa jabatannya. Tapi berdiam-diam udah mengorganizir kompi A Batalyon 303 yang melancarkan pembantain di Pemakaman Santa Cruz pada tanggal 12.11.1991 (2)”.

Menurut reportase Radio Nederland (RN) pada tanggal 16.11.2011, mengulas tentang 20 tahun pembantain Santa Cruz, ”Militer Indonesia yang berkuasa rupanya sudah mencium gelagat. ABRI saat itu tengah menyiapkan Timorisasi aparat keamanan di Tim-Tim yang kala itu masih merupakan propinsi ke- 27. Sumber-sumber yang layak dipercaya menyatakan sejumlah perwira dari Jakarta, Syafrie Syamsuddin dan rekan akrabnya, Prabowo Subianto, memeriksa pasukan Batalyon 744 di Taibesi dan sekitar seminggu sebelum peristiwa Santa Cruz, mereka meninggalkan Dili. |Demonstrasi 12 November pecah menjadi huru hara ketika sejumlah demonstran terlibat pertengkaran dengan Kapten Gerhan Lentara yang mengakibatkan perwira ini terluka. Tak lama kemudian di muka kuburan Santa Cruz, sejumlah pasukan tak dikenal, tanpa insignes dan tanda tanda kemiliteran yang jelas, menghadang di seberang gerbang pemakaman. Sebagian melepas tembakan peringatan, sebagian langsung menembaki para demonstran. Massa pemuda terkurung di tengah pekuburan, lari, dan kacau balau. Menurut penyidikan diduga sekitar 313 tewas, banyak di antaranya hilang (RN,16/11/2011)” .

Menurut seorang saksi mata pada peristiwa Santa Cruz, 12.11.1991, ”semua ruas  jalan yang  menuju pemakaman Santa cruz di tutup dan kesempatan bagi aparat untuk membersihkan sisa-sisa darah yang tumpah di tanah. Ketika menuju ke sana, melihat Syafrie Syamsuddin sedang membersihkan sisa-sisa darah para korban di pemakaman Santa Cruz”.

Sebagai dampak dari peristiwa Santa Cruz pada tanggal 12.11.1991, Panglima TNI/ABRI membentuk Dewan Kehormatan Militer (DKM) di bawah pimpinan Maijen Faijal Tanjung. Kesempulannya dinyatakan Sintong Panjaitan sebagai Panglima IX Udayana yang bertanggungjawab atas wilayah teritorial Timor-Timur, Brigjen Samuel Warow sebagai Komandan Pangkolakops Tim-Tim dan Kolonel Gatot sebagai komandan Gatot. Perwira-perwira yang dipecat atas dasar laporan DKM pimpinan Maijen Faijal Tanjung, semua di kategorikan dalam kelompok Jenderal Benny Murdani. Kelompok Jenderal Benny Moerdani yang bintangnya mulai merosot, saat itu tengah diguncang oleh kelompok jenderal Prabowo dan Syafrie Syamsuddin. Namun bagi penghormatan hak-hak asasi manusia, peristiwa 20 tahun lalu tersebut masih merupakan malapetaka kemanusiaan yang belum teratasi!

Referensi:

1. Sintong Panjaitan: Perjalanan seorang Para Komando,tahun 2009;
2. MantanKomandan SGI Kolonel  Gatot ,pada saat peristiwa Santa Cruz tahun 1991
3. Aboeprijadi Santoso, Radio Nederland, Tonggak Zaman, 20 Tahun Pembantaian Santa Cruz, 16.11.2011!
   - http://archief.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/tonggak-zaman-20-tahun-pembantaian-santa-cruz

Frans Lolobelo Pinto

2 comentários: